Kamis, 28 Februari 2013

Beberapa Pandangan dan Cabang Filsafat


Pandangan idealisme menyatakan bahwa realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide atau idea yang merupakan realitas yang fundamental. Implikasi dari pandangan ini ialah adanya kecenderungan dari kelompok yang mengikutinya untuk menghormati budaya dan tradisi serta hal-hal yang bersifat spiritual. Humanisme memiliki dua arah, yakni humanisme individu dan humanisme sosial. Humanisme individu mengutamakan kemerdekaan berpikir, mengemukakan pendapat, dan berbagai aktivitas yang kreatif. Kemampuan ini disalurkan melalui kesenian, kesusastraan, musik, teknologi, dan penguasaan tentang ilmu kealaman. Humanisme sosial mengutamakan pendidikan bagi masyarakat keseluruhan untuk kesejahteraan sosial dan perbaikan hubungan antarmanusia. Aliran empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tanpa arti. Ilmu harus dapat diuji melalui pengalaman. Dengan demikian kebenaran yang diperoleh bersifat a posteriori yang berarti post to experience. Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang. Kritisisme menjembatani kedua pandangan yaitu rasionalisme dan empirisme. Empirisme menghasilkan keputusan-keputusan yang bersifat sintetis yang tidak bersifat mutlak, sedangkan rasionalisme memberikan keputusan yang bersifat analitis. Berpikir merupakan proses penyusunan keputusan yang terdiri dari subjek dan predikat. Konstruktivisme intinya adalah bahwa pengetahuan seseorang itu merupakan hasil konstruksi individu melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya. Filsafat dibagi dalam beberapa cabang atau bagian filsafat, yaitu epistemologi, metafisika, logika, etika, estetika, dan filsafat ilmu. Epistemologi membahas hal-hal yang bersifat mendasar tentang pengetahuan. Metafisika dikemukakan oleh Andronikos dari kumpulan tulisan Aristoteles yang membahas hakikat berbagai realitas yang diamati oleh manusia dalam dunia nyata. Logika menekankan pentingnya penalaran dalam upaya menuju kepada kebenaran. Etika disebut juga sebagai filsafat moral karena menitikberatkan pembahasannya pada masalah baik dan buruk, kesusilaan dalam kehidupan masyarakat. Estetika menekankan pada pembahasan keindahan, sedangkan filsafat llmu membahas hakikat ilmu, penerapan metode filsafat untuk menemukan alas realitas yang dipersoalkan oleh ilmu.


PERANAN FILSAFAT ILMU
Perkembangan Ilmu, Ilmu Kealaman dan Ilmu Sosial
Pada dasarnya, pengetahuan merupakan hasil tahu tentang sesuatu yang diperoleh melalui suatu usaha. Ada tiga macam pengetahuan, yaitu pengetahuan biasa atau pengetahuan inderawi, pengetahuan ilmiah atau ilmu, dan pengetahuan filsafati atau filsafat. Pengetahuan ilmiah atau ilmu berasal dari filsafat yang kemudian berkembang menjadi berbagai disiplin ilmu, baik yang termasuk kelompok ilmu kealaman maupun kelompok ilmu sosial. Disiplin-disiplin ilmu kealaman menghasilkan produk teknologi yang pemanfaatannya didukung oleh ilmu-ilmu lain. Tragedi kemanusiaan sebagai akibat digunakannya bom atom, menyadarkan manusia akan perlunya mempersoalkan pengembangan ilmu pada moralitas, norma etika, dan spiritualitasnya. Pada dasarnya, nilai suatu pengembangan ilmu itu perlu ditinjau sejauh mana ilmu itu dapat menyumbangkan nilai tambah untuk kesejahteraan masyarakat tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya mereka. Oleh karena itu, pemahaman tentang filsafat ilmu amat diperlukan. Dalam kegiatan belajar ini hanya dibahas kelompok ilmu kealaman dan ilmu sosial saja. Ilmu pendidikan sudah termasuk dalam ilmu sosial. Beberapa pandangan tentang sains mempunyai arti ganda yakni sebagai ilmu pada umumnya dan sebagai ilmu yang mempelajari alam semesta saja. Pandangan-pandangan tentang science yang dikemukakan di sini adalah pandangan dari Connant, Suppe, Dampier, Goldstein dan Goldstein, serta pandangan yang dikutip dari Encyclopedia Americana. Mula-mula yang dipelajari orang adalah pengetahuan tentang alam yang merupakan lingkungan fisik individu, barulah kemudian berkembang ilmu sosial. Sains yang berarti ilmu kealaman pada dasarnya mensyaratkan adanya eksperimen. Ilmu pendidikan termasuk pendidikan bidang studi merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial.

Kajian Bidang-Bidang Filsafat Ilmu
Kajian filsafat ilmu pada dasarnya meliputi bidang-bidang kajian ontologi, epistenologi, dan aksiologi. Ontologi membahas hakikat ilmu, pandangan terhadap ciri-ciri atau sifat ilmu. Epistemologi membahas bagaimana memperoleh pengetahuan dalam kaitannya dengan logika, filsafat bahasa, dan ilmu-ilmu lain. Aksiologi membahas manfaat ilmu tertentu bagi kehidupan masyarakat.


CARA KERJA PARA ILMUWAN
Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah cara atau prosedur yang digunakan dalam kegiatan untuk memperoleh pengetahuan secara ilmiah atau ilmu. Langkah-langkahnya: 1) penetapan atau perumusan masalah, 2) penyusunan kerangka berpikir, 3) perumusan hipotesis, 4) pengujian hipotesis, dan 5) penarikan kesimpulan. Metode ilmiah dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi dan bukan mencocokkan objek studi dengan metode. Jika setiap upaya dinyatakan sebagai upaya ilmiah, pertanyaan dasar yang diajukan sebagai tantangan terhadapnya ialah ada tidaknya sistem dan metode yang menjadi pedoman. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran itu bersumber pada rasio atau pada fakta. Paham rasionalisme menyatakan bahwa rasio adalah sumber kebenaran, sedangkan empirisme berpendapat bahwa fakta yang tertangkap melalui pengalaman merupakan sumber kebenaran. Tidak semua data dapat dikuantitatifkan dan dianalisis secara statistik. Misalnya, dalam penelitian deskriptif, eksploratif, studi kasus, menggunakan wawancara atau angket dan tidak harus menggunakan statistik. Metode penelitian seperti ini juga merupakan metode yang ilmiah. Dalam perkembangannya, metode ilmiah juga dimiliki oleh penelitian-penelitian sosial atau non IPA lainnya, meskipun langkah-langkahnya berbeda-beda. Hipotesis yang berupa pernyataan rasional perlu didukung oleh fakta-fakta empiris. Untuk itu fakta-fakta yang relevan harus dikumpulkan untuk menilai apakah hipotesis itu didukung oleh fakta-fakta atau tidak. Fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan melalui penelitian yang menggunakan eksperimen atau tanpa eksperimen untuk mengetahui apakah data empiris tadi mendukung atau tidak mendukung hipotesis itu.
Kebenaran dan Sikap Ilmiah
Paradigma merupakan cara pandang kelompok ilmuwan tertentu dalam menghadapi suatu masalah. Dalam kajian tertentu, mereka sepakat menerima praktik-praktik, hukum, teori, konsep-konsep, dan instrumen-instrumen yang dipilih sehingga melahirkan tradisi penelitian tertentu untuk mencari “kebenaran” Beberapa paradigma untuk mencari kebenaran adalah paradigma logika, paradigma ilmiah, paradigma naturalistis, dan paradigma modus operandi. Paradigma logika memandang bahwa kebenaran dapat ditunjukkan bila ada konsistensi dengan aksioma dan definisi-definisi yang berlaku. Menurut paradigma ilmiah, kebenaran diperoleh setelah hipotesis diverifikasi melalui eksperimen. Teknik yang dilakukan paradigma naturalistis adalah studi lapangan. Dengan pengalaman yang cukup dalam meneliti fenomena di lapangan akan diperoleh kesimpulan yang memang tidak dapat dilakukan. Paradigma modus operandi memandang bahwa kebenaran diperoleh dengan melakukan pengujian atau penelitian secara periodik. Kebenaran ilmiah dapat diperoleh melalui berbagai cara yang dilandasi oleh paradigma tertentu. Di dunia ini tidak ada hal yang benar-benar mutlak sebab kebenaran mutlak hanya ada pada Tuhan yang Maha Esa. Yang ada di dunia hanyalah kebenaran tentatif, validitas ilmiah. Sikap ilmiah merupakan hal yang sangat penting sebab sikap ilmiah ini sebagai kekuatan moral untuk memilih dan menggunakan metode ilmiah dalam menemukan kebenaran ilmiah. Metode berpikir kritis berbeda dalam disiplin ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Berpikir kritis harus dilatihkan guru melalui disiplin-disiplin tertentu. Skeptis adalah sifat tidak mudah percaya, selalu meragukan sebelum sesuatu dapat dibuktikan. Sikap ini akan mendorong ilmuwan untuk meneliti kembali pekerjaan ilmuwan sebelumnya.

ARGUMENTASI ILMIAH
Peranan Logika
Alasan yang dikemukakan dalam berargumentasi ilmiah haruslah melalui jalan pikiran atau penalaran yang mengikuti aturan atau pedoman tertentu sehingga jalan pikiran itu tidak kacau. Ilmu yang mempelajari atau meneliti asas-asas dan hukum-hukum yang mengatur pemikiran manusia agar dapat dilakukan secara tertib dan dapat mencapai kebenaran disebut logika. Logika merupakan kondisi dan tuntutan fundamental mutlak untuk memperkokoh eksistensi ilmu pada umumnya, yang secara sistematis meneliti, merumuskan, dan menerangkan asas-asas yang harus ditaati agar orang dapat berpikir dengan tepat, lurus, dan teratur. Berpikir adalah suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah untuk mengolah pengetahuan yang kita terima melalui indera kita, ditujukan untuk mencapai kebenaran. Berpikir adalah berdialog dengan diri sendiri di dalam batin, sedangkan kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Suatu argumen dikatakan valid atau sahih apabila kesimpulan yang terdapat pada argumen tersebut mempunyai kaitan dengan premis-premis sedemikian rupa sehingga kesimpulan itu benar apabila premis-premis yang mendahuluinya benar. Peranan logika menjadi penting karena pada dasarnya logika mengevaluasi validitas suatu argumen, sedangkan argumen merupakan salah satu syarat bagi pengembangan ilmu. Tanpa menggunakan logika dalam mengemukakan penalarannya para ilmuwan tidak mungkin dapat mengembangkan ilmunya.
Argumen Deduktif dan Induktif
Silogisme adalah argumen yang terdiri atas dua buah premis atau lebih yang memberikan bukti-bukti dari sebuah kesimpulan yang diperoleh dari premis-premis tersebut. Peranan silogisme kategorik yang dilandasi oleh logika, menjadi pedoman untuk menyatakan pikiran secara tertib dan teratur. Misalnya, dalam percakapan sehari-hari atau dalam rapat serta diskusi seringkali kita harus mengemukakan suatu pernyataan yang diinginkan dapat diterima oleh semua pihak. Keputusan bersyarat dinyatakan benar jika hubungan bersyarat di dalamnya itu benar. Silogisme merupakan argumen deduktif apabila melibatkan, bukti-bukti yang mendukung kesimpulan atau pembuktian. Pernyataan-pernyataan dalam argumen bermula dari yang bersifat umum menuju kesimpulan yang merupakan pernyataan yang bersifat lebih khusus atau kurang umum. Premis mayor menyatakan suatu syarat yang menjadi gantungan benar tidaknya konsekuens, sedangkan premis minor menyatakan dipenuhinya syarat itu. Dengan demikian, kesimpulan menyatakan benarnya konsekuens. Pada argumen deduktif kita menarik kesimpulan berdasarkan apa yang tersedia dalam kedua premis, sedangkan pada argumen induktif kita berangkat dari beberapa contoh atau kasus yang dalam banyak hal belum teruji kebenarannya serta membuat generalisasi yang berupa kesimpulan yang belum pasti. Bagi ilmuwan, hasil penelitian secara ilmiah sebagai suatu proses menalar secara induktif merupakan keyakinan individual yang akan senantiasa dipertahankan. Apabila pada kurun waktu tertentu timbul teori atau hukum baru sebagai hasil generalisasi induktif yang teruji serta didukung kuat, oleh bukti-bukti baru maka teori atau hukum yang lama dapat ditinggalkan atau tidak diakui lagi kebenarannya. Pengambilan kesimpulan secara induktif yang kurang didukung oleh data yang akurat atau sampel yang diambil kurang representatif akan mengakibatkan kesalahan. Pada argumen induktif probabilitas generalisasi induktifnya tergantung pada kualitas hal-hal khusus yang mendukungnya.

KAJIAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Peranan Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.
Beberapa Aliran Filsafat dalam Pendidikan
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan, misalnya, idealisme, realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme. Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia. Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat. Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat. Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak (child centered). Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral. Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.

PERANAN FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PEMECAHAN MASALAH PENDIDIKAN

Beberapa Pendekatan dalam Pendidikan
Pendekatan CBSA dalam belajar adalah melaksanakan prinsip-prinsip pengaktifan peserta didik dalam belajar. Dengan demikian situasi belajar harus menantang dan merangsang daya cipta serta kreativitas peserta didik untuk berpikir dan menemukan sendiri atau membangun pengetahuan yang berupa konsep-konsep secara mandiri. Prinsip-prinsip dalam CBSA meliputi prinsip motivasi, prinsip latar belakang, prinsip keterangan pada fokus tertentu, prinsip hubungan sosial, prinsip belajar sambil bekerja, prinsip perbedaan individu, prinsip ingin mengetahui, dan prinsip pemecahan masalah. Langkah-langkah dalam melaksanakan keterampilan proses adalah dimulai dari menyadari adanya masalah, kemudian merumuskan masalah. Pada akhirnya ditarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Keterampilan-keterampilan mendasar dalam keterampilan proses meliputi mengamati atau mengobservasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, membuat hipotesis, merencanakan eksperimen, menginterpretasi data, melakukan inferensi, memprediksi, mengaplikasikan, dan mengkomunikasikan. Nilai merupakan tingkat atau derajat yang diinginkan oleh manusia, merupakan tujuan dari kehendak manusia yang benar, ditata menurut susunan tingkatannya. Antara lain urutannya, pertama-tama dinilai dengan nilai hedonis (kenikmatan), lalu nilai utulitaris (kegunaan), kemudian berturut-turut nilai dari segi biologi, nilai dari estetika (keindahan, kecantikan), nilai-nilai pribadi (susila, baik) dan paling tinggi adalah nilai relegius. Latar belakang pemikiran program STM adalah bahwa peserta didik yang telah belajar sains di sekolah tidak dapat menggunakan atau menerapkan konsep-konsep yang diperoleh di sekolah untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya atau menganalisis isu-isu yang ada di lingkungannya. Pengajaran sains dirasakan membosankan atau terlalu sukar. Reformasi dalam pendidikan sains ini dilaksanakan di Amerika pada tahun 1980. Pendekatan STM di Indonesia dapat digunakan untuk topik-topik yang berkaitan dengan kebutuhan dan fenomena di masyarakat. Jadi, seharusnya dapat pula dilakukan dalam pendidikan ilmu-ilmu sosial. Andaikata pendekatan ini dilakukan satu kali dalam satu catur wulan saja, tampaknya sudah dapat menambah kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Di samping itu, pendekatan STM diharapkan dapat meningkatkan kemampuan melaksanakan transfer belajar, daya analisis dan kreativitas peserta didik dalam menyelesaikan masalah di lingkungan masyarakat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar