Kamis, 28 Februari 2013

Plato (Sumber 1 Buku)


Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 S.M. dan meninggal disana pada tahun 347 S.M. dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingininya itu. Namanya bermula ialah Aristokles. Nama plato diberikan oleh gurunya. Ia memperoleh nama itu berhubung dengan bahunya yang lebar.

Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Ia pandai menyatukan puisi dan ilmu., seni dan filosofi. Pandangan yang dalam dan abstrak sekalipun dapat dilukiskannya dengan gaya bahasa yang indah. Tidak ada seorang filosof sebelumnya dapat menandinginya dalam hal ini. Juga sesudahnya tak ada. Hukuman yang ditimpakan itu dipandangnya suatu perbuatan zalim meminum racun besar sekali pengaruhnya atas pandangan hidup plato. Sokrates dimatanya adalah seorang yang sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya, orang yang tak pernah berbuat salah. Hukumn yang ditimpakan itu dipandangnya sebagai suatu perbuatan zalim semata-mata, yang dilakukan oleh orang yang moril tidak bertanggung-jawab. Ia sangat sedih dan menamakan dirinya seorang anak yang kehilangan bapak. Ia sedih tetapi terpaku karena pendirian sokrates yang menolak kesempatan yang diberikan untuk melarikan diri dari penjara, dengan memperingatkan ajarannya “lebih baik menderita kezaliman dari berbuat zalim”. Tak lama sesudah sokrates meninggal, plato pergi dari Atena. Itulah permulaan ia mengembara 12 tahun lamanya dari tahun 399 S.M. mula-mula ia pergi ke Megara, tempat Euklides mengajarkan filosofinya. Beberapa lama ia disana tidak diketahui betul. Ada cerita yang mengatakan, bahwa ia disitu mengarang beberapa dialog, yang mengenai berbagai macam pengertian dalam masalah hidup, berdasarkan ajaran sokrates. Dari Megara ia pergi ke kyrena, dimana ia memperdalam pengetahuannya ten tang matematik pada seorang guru ilmu itu yang bernama Theodoros.

Plato bertitik tolak dari polemik antara Parmenides dengan Heraklitos. Pamenides mengaggap bahwa realitas itu baerasal dari hal Satu (The One), yang tetap, tidak berubah, sedangkan Heraklitos bertitik tolak dari hal Banyak (The Many) yang selalu berubah. Plato memadukan kedua pandangan itu dan menyatakan, bahwa di samping hal-hal yang beranekaragam dan dikuasai oleh gerak serta perubahan-perubahan itu (Sebagaimana yang diyakini Heraklitos), tentu ada yang tetap, yang tidak berubah (Sebagaimana yang diyakini Pamenides). Plato menunjukkan bahwa yang serba berubah itu dikenal oleh pengamatan, sedangkan yang tidak berubah dikenal sebagai akal. Plato berhasil menjembatani pertentangan yang ada antara Heraklitos, yang menyangkal tiap perhentian dan Parmenides, yang menyangkal tiap gerak dan perubahan. Hal hal tetap, yang tidak berubah, yang kekal itu oleh Plato disebut ide.
Pemikiran metafisika Plato terarah pada pembahasan mengenai Being (hal ada) dan Becoming (menjadi). Plato adalah filsuf yang pertama kali membangkitkan persoalan Being dan mempertentangkannya dengan Becoming. Plato menemukan bahwa “Becoming (hal menjadi) , yakni dunia yang berubah, tidak memuaskan atau tidak memadai sebagai objek pengetahuan, karena bagi Plato setiap bentuk pengetahuan bersesuaian dengan suatu jenis objek. Plato memikirkan pengetahuan asli (genuine knowledge), yaitu suatu jenis pengetahuan yang tidak dapat berubah, sehingga objeknya haruslah sesuatu yang tidak dapat berubah (Change-less). Plato yakin bahwa pengetahuan (yang asli) itu harus dicurahkan pada Being. Being bagi Plato, dibentuk oleh dunia yang merupakan pola-pola dari segala sesuatu yang dapat diinderawi, sedangkan ide-ide itu secara kodrati bersifat kekal dan abadi.


Alasan Plato membedakan Being dan Becoming, adalah sebagai cara untuk mencari dasar kebenaran pengetahuan. Tiap pemahaman akan sesuatu melibatkan sebuah proses latihan dan pendidikan yang panjang bagi ketajaman mental, yang hanya dapat dicapai melalui disiplin. Bidang Forms yang menentukan bidang Being tidak sulit untuk dipahami, manakala Forms merupakan kualitas universal dari hal-hal yang dapat diinderawi, sifat-sifat sesuatu seperti: “merah”, “manusia”, merupakan kualitas sesuatu yang konkret, yang mudah dipahami oleh orang awam. Sesungguhnya Plato lebih menaruh perhatian pada kualitas yang lebih abstrak, yakni hal-hal yang mencerminkan sifat-sifat yang lebih umum (general properties) seperti: “Kesatuan”, “Keadilan” dan “Kebaikan”. Sifat-sifat belakangan ini mengandung ide-ide abadi yang tidak akan pernah mati dan selalu merupakan problem aktual dalam pemikiran umat manusia.
Tujuan utama filsafat menurut Plato adalah penyelidikan pada entitas, seperti apa yang dimasudkan dengan keadilan, kecantikan, cinta, hasrat, kesamaan, kesatuan.
Plato yang mengangkat problem The One and The Many melihat bahwa kedua hal ini (kesatuan dan keanekaragaman) terpisah menjadi dua dunia, yakni dunia ide dan dunia bayangan. Dunia real dengan kejamakan atau keanekaragaman hanya meruapakan dunia bayangan, sedangkan yang benar-benar ada menjamin kesatuan adalah dunia ide. Dunia ide itu tersusun secara hierarkis di bawah pimpinan ide utama, yaitu ide kebaikan.
Plato juga sangat memperhatikan ilmu pasti sebagai peninggalan Phytagoras, sebab ada hubungan yang erat antara kepastian matematis dengan kesempurnaan ide. Keterikatan Plato pada kesempurnaan ide dan kepatisn matematik menjadikannya lebih memusatkan pada penelitian kepada cara berfikir (aspek metodis) daripada apa yang dapat dialami atau dapat ditangkap oleh indera. Oleh karena itu Plato dapat dikatakan seorang eksponen rasionalisme manakala ia hendak menerangkan sesuatu, namun ia juga seorang eksponen idealisme manakala menerangkan bidang nilai (Aksiologis).







DAFTAR PUSAKA


Tim dosen fisafat ilmu UGM, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty Yogayakarta, 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar