Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat
dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis dan sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya di dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
SYARAT KALIMAT EFEKTIF :
a. Bentukan kata harus sesuai EYD
b. Struktur kalimat tepat
c. Kesejajaran
d. Kontaminasi
e. Pleonasme
f. Menggunakan kata baku
g. Kelogisan
h. Selalu menggunakan EYD
SYARAT KALIMAT EFEKTIF :
a. Bentukan kata harus sesuai EYD
b. Struktur kalimat tepat
c. Kesejajaran
d. Kontaminasi
e. Pleonasme
f. Menggunakan kata baku
g. Kelogisan
h. Selalu menggunakan EYD
A. Bentukan kata
Salah satu penyebab kalimat tidak efektif adalah penggunaan bentukan kata berimbuhan yang tidak tepat.
Contoh:
1. Anak-anak melempari batu ke dalam sungai.
2. Guru menugaskan siswanya membuat karangan.
Kalimat-kalimat tersebut tidak efektif karena menggunakan kata berimbuhan yang tidak tepat. Akhiran –i pada kata melempari pada kalimat 1 membutuhkan objek yang bergerak, sedangkan akhiran –kan pada kata menugaskan membutuhkan objek yang diam.
Perbaikannya :
1. Anak-anak melemparkan batu ke dalam sungai.
2. Guru menugasi siswanya membuat karangan.
Salah satu penyebab kalimat tidak efektif adalah penggunaan bentukan kata berimbuhan yang tidak tepat.
Contoh:
1. Anak-anak melempari batu ke dalam sungai.
2. Guru menugaskan siswanya membuat karangan.
Kalimat-kalimat tersebut tidak efektif karena menggunakan kata berimbuhan yang tidak tepat. Akhiran –i pada kata melempari pada kalimat 1 membutuhkan objek yang bergerak, sedangkan akhiran –kan pada kata menugaskan membutuhkan objek yang diam.
Perbaikannya :
1. Anak-anak melemparkan batu ke dalam sungai.
2. Guru menugasi siswanya membuat karangan.
B. Struktur kalimat
Penyebab lain ketidakefektifan kalimat adalah pemakaian struktur kalimat yang tidak tepat. Misalnya, penempatan subjek dan predikat yang tidak jelas.
Contoh:
1. Di antara ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat.
2. Kalau lulus ujian, maka saya akan mengadakan syukuran.
Kalimat 1 tersebut tidak efektif karena tidak ada subjeknya. Subjek kalimat tersebut terganggu oleh adanya preposisi di. Sementara pada kalimat 2 induk kalimat saya akan mengadakan syukuran terganggu oleh munculnya konjungsi maka.
Perbaikannya :
1. a. Ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat
b. Di antara ketiga anaknya terdapat perbedaan sifat
2. Kalau lulus ujian, saya akan mengadakan syukuran.
C. Kesejajaran
Kesejajaran berarti kesamaan bentuk kata yang digunakandalam kalimat. Bila bentuk pertama menggunakan kata kerja, bentuk selanjutnya juga harus kata kerja. Dan seterusnya.
Contoh:
1. Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2. Kegiatan hari ini adalah mengedit karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
Perbaikannya :
1. Tugas para pekerja itu adalah pengecatan rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2. Kagiatan hari ini adalah pengeditan karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
Penyebab lain ketidakefektifan kalimat adalah pemakaian struktur kalimat yang tidak tepat. Misalnya, penempatan subjek dan predikat yang tidak jelas.
Contoh:
1. Di antara ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat.
2. Kalau lulus ujian, maka saya akan mengadakan syukuran.
Kalimat 1 tersebut tidak efektif karena tidak ada subjeknya. Subjek kalimat tersebut terganggu oleh adanya preposisi di. Sementara pada kalimat 2 induk kalimat saya akan mengadakan syukuran terganggu oleh munculnya konjungsi maka.
Perbaikannya :
1. a. Ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat
b. Di antara ketiga anaknya terdapat perbedaan sifat
2. Kalau lulus ujian, saya akan mengadakan syukuran.
C. Kesejajaran
Kesejajaran berarti kesamaan bentuk kata yang digunakandalam kalimat. Bila bentuk pertama menggunakan kata kerja, bentuk selanjutnya juga harus kata kerja. Dan seterusnya.
Contoh:
1. Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2. Kegiatan hari ini adalah mengedit karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
Perbaikannya :
1. Tugas para pekerja itu adalah pengecatan rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2. Kagiatan hari ini adalah pengeditan karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
D. Kontaminasi
Dalam bidang bahasa, kontaminasi berarti kerancuan atau kekacauan penggunaan kata, frasa, maupun kalimat.
Contoh:
1. Di yayasan itu dipelajarkan berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengeyampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah dibaca oleh saya.
Pada kalimat 1 dan 2 terdapat kerancuan bentuk kata dipelajarkan dan mengeyampingkan sedangkan pada kalimat 3 terjadi kerancuan bentuk kalimat pasif.
Perbaikannya:
1. a. Di yayasan itu diajarkan berbagai keterampilan wanita.
b. Di yayasan itu dipelajari berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengesampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah saya baca.
E. Pleonasme
Gejala pleonasme berarti menggunakan kata-kata yang berlebihan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
1. Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2. Kesehatannya telah pulih kembali.
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata yang berlebihan. Pada kalimat 1 kata zaman = waktu = kala, jadi cukup digunakan salah satu saja, sedangkan pada kalimat kedua kata pulih = kembali seperti semula.
Perbaikannya :
1. Pada zaman dahulu, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2. Kesehatannya telah pulih.
Dalam bidang bahasa, kontaminasi berarti kerancuan atau kekacauan penggunaan kata, frasa, maupun kalimat.
Contoh:
1. Di yayasan itu dipelajarkan berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengeyampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah dibaca oleh saya.
Pada kalimat 1 dan 2 terdapat kerancuan bentuk kata dipelajarkan dan mengeyampingkan sedangkan pada kalimat 3 terjadi kerancuan bentuk kalimat pasif.
Perbaikannya:
1. a. Di yayasan itu diajarkan berbagai keterampilan wanita.
b. Di yayasan itu dipelajari berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengesampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah saya baca.
E. Pleonasme
Gejala pleonasme berarti menggunakan kata-kata yang berlebihan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
1. Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2. Kesehatannya telah pulih kembali.
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata yang berlebihan. Pada kalimat 1 kata zaman = waktu = kala, jadi cukup digunakan salah satu saja, sedangkan pada kalimat kedua kata pulih = kembali seperti semula.
Perbaikannya :
1. Pada zaman dahulu, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2. Kesehatannya telah pulih.
DEFINISI
dan CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF [B. Indo]
Resume
4 & 5
• Kalimat
efektif ialah kalimat yang benar, jelas, dan mempunyai makna yang mudah
dipahami oleh pembaca secara tepat.
Ciri-ciri
kalimat efektif:
1.
KESEPADANAN STRUKTUR BAHASA
•
Kesepadanan ialah keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang
digunakan.
•
Kesepadanan kalimat dibangun melalui kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan
pikiran yang baik.
• Kesatuan
menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya hanya ada satu ide pokok.
• Satu ide
pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal, tetapi ide yang dapat dikembangkan
ke dalam beberapa ide penjelas.
BEBERAPA
CIRI KESEPADANAN
•
Mempunyai struktur jelas.
• Kejelasan
subjek dan predikat dapat dilakukan dengan tidak menggunakan kata depan: di,
dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya
yang ditempatkan di depan subjek.
• Tidak
terdapat subjek ganda.
• Predikat
kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh-contoh
Kesepadanan
• Kepada
setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi =
subyeknya tidak jelas.
• Tentang
kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani. à unsur S-P-O tidak berkaitan
erat
Mestinya…
• Setiap
pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat izin mengemudi.
• Para
petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
2.
KEPARALELAN ATAU KESEJAJARAN BENTUK
•
Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya,
sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
• Bila
bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus
menggunakan nomina.
• Demikian
pula bila menggunakan bentuk-bentuk lain.
Contoh-contoh
Kepararelan:
1. Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan tembok, memasang lampu,
pengujian sistem pembagian air, dan menata ruang.
2. Harga
minyak dibekukan atau kenaikan secara wajar
3.
KETEGASAN ATAU PENEKANAN KATA
•
Merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam kalimat sehingga
berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.
• Ada
beberapa cara penekanan dalam kalimat:
1.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu pada awal kalimat
2.
Melakukan pengulangan (repetisi)
3.
Melakukan pengontrasan kata kunci
4.
Menggunakan partikel penegas
Penekanan
Kata :
1.
Menempatkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.
Sumitro
menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.
Persoalan
itu dapat diselesaikan dengan mudah.
2.
Repetisi
–
Saudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak
suka ditipu, kita tidak suka dibodohi
–
Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi,
tidak hanya berdimensi ekonomi tapi
juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya
3.
Pengontrasan kata kunci
–
Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi bersifat tetap.
– Peserta
kegiatan ini adalah laki-laki, bukan perempuan.
4.
Partikel Penegas
–
Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu
–
Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat ke sekolah
4.
KEHEMATAN KATA
Kehematan adalah
upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi kata menjadi padat
berisi.
Dapat
dilakukan dengan cara:
Menghilangkan pengulangan subyek
Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata
Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
Contoh
Menghilangkan pengulangan subyek
Karena ia tak diundang, dia tidak dating ke tempat itu.
Mestinya
menggilangkan kata ia
Contoh
Menghindarkan pemakaian superordinate pada hiponimi kata
Mira adalah gadis yang memakai bajuwarna merah
Mestinya
menggilangkan kata warna
Contoh
Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
Jangan naik ke atas karena licin.
Mestinya
menggilangkan kata ke atas
Kehematan
dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
Ia mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.
5.KESATUAN
GAGASAN
Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada
pegawai baru.
6.KELOGISAN
Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal dan
penulisannya sesuai EYD.
Contoh:
Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki
Kepada ibu Intha, waktu dan tempat kami persilakan.
Jalur ini terhambat oleh iring-iringan jenazah.
Sumber :
suhandiah.ppt.bahasa indonesia
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah
kalimat yang memperlihatkan bahwa proses penyampaian oleh pembicara/penulis dan
proses penerimaan oleh pendengar/pembaca berlangsung dengan sempurna sehingga
isi atau maksud yang di sampaikan oleh pembicara/penulis tergambar
lengkap dalam pikiran pendengar/pembaca. Pesan yang diterima oleh pendengar/pembaca
relative sama dengan yang di kehendaki oleh pembicara/penulis.
Syarat-syarat kalimat
efektif sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara/penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar/pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Kalimat efektif itu
memiliki ciri yaitu :
1 Koherensi
(keutuhan)
Koherensi (keutuhan)
dalam kalimat terlihat pada adanya keterkaitan makna antardata dalam kalimat
tersebut. Perhatikan contoh dibawah ini.
(1a) Kami
pun akhirnya saling memaafkan.
(1b)
Saya pun akhirnya saling memaafkan.
(2a)
Mereka berbondong-bondong menuju pertunjukan rakyat itu.
(2b)
Dia berbondong-bondong manuju pertunjukan rakyat itu.
Kalimat (1a) dan (2a)
di atas merupakan contoh kalimat yang memiliki keutuhan atau kepaduan,
sedangkan kalimat (1b) dan (2b) tidak. Penggunaan kata ganti orang pertama
tunggal saya pada (1b) sebagai subjek predikat verba saling memaafkan tidaklah
tepat. Predikat verba itu memerlukan kata ganti orang yang jamak. Sementara
itu, pada kalimat (2b) terlihat pada penggunaan kata ganti dia sebagai subjek
predikat verba berbondong-bondong. Predikat verba itu memiliki
cirii (semantis) dengan subjek jamak.
2 Kesejajaran
Kalimat efekif
mempersyaratkan adanya kesejajaran bentuk dan kesejajaran makna. Kesejajaran
bentuk berhubungan dengan struktur kalusa, sedangkan kesejajaran makna
berkaitan dengan kejelasan informasi yang diungkapkan.
2.1 Kesejajaran
Bentuk
Kesejajaran bentuk mengacu
pada kesejajaran unsur-unsur dalam kalimat. Kesejajaran unsur-unsur kalimat itu
akan memudahkan pemahaman pengungkapan pikiran. Perhatikan contoh kalimat
berikut.
(3a) Lokasi
perumahan telah dipilih, tetapi lokasi itu belum disetujui direktur.
(3b) Lokasi
perumahan telah dipilih, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kalimat (3a)
memperlihatkan kesejajaran bentuk kalusa, keduanya merupakan kalusa bentuk
pasif. Sementara itu pada kalimat (3b) ketitidak sejajaran bentuk terlihat pada
ketitidak sejajaran bentuk kalusa pasif (dipilih) dan bentuk kalusa
aktif (menyetujui). Agar terdapat kesejajaran, klausa kedua di ubah
menjadi klausa pasif. Jika bentuk kalusa pertama pasif, bentuk klausa
berikutnya pasif pula (3a). sebaliknya, jika bentuk kalusa pertama aktif,
bentuk kalusa berikutnya aktif juga. Dengan demikian kalimat (3b) dapat di
perbaiki menjadi seperti berikut.
(3c) Pemimpin
unit telah memilih lokasi perumahan, tetapi direktur belum menyetujuinya.
Kesejajaran bentuk juga
perlu diperhatikan dalam kalimat yang mengandung perincian. Perhatikan comtoh
berikut/
(4) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
(a) pertemuan
dengan orang yang akan diwawancarai,
(b)
utarakan maksud wawancara, dan
(c)
mengatur waktu wawancara.
Ketidaksejajaran
kalimat (4) terlihat dalam penggunaan bentuk kata pada awal rincian. Dalam
rincian yang pertama digunakan bentuk kata pertemuan (nomina);
dalam perincian kedua digunakan bentuk kata utarakan (verba); dalam
perincian keiga digunakan bentuk kata mengatur(verba). Agar
sejajar, kalimat (4) di perbaiki menjadi seperti berikut.
(4a) Langkah-langkah
dalam wawancara ialah
(a)
mengatur pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
(b)
mengutarakan maksud wawancara, dan
(c)
mengatur waktu wawancara.
2.2 Kesejajaran
Makna
Kesejajaran makna
kalimat akan terlihat melalui penataan gagasan yang cermat. Perhatikan contoh
berikut ini .
(5)
Saya tidak memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah
itu.
Kalimat seperti itu
sering terealisasi menjadi pernyataan negative (tidak memperhatikan )
digabungkan dengan pernyataan positif (mempunyai kepentingan).
Akibatnya, makna kalimat (5) tidak jelas. Seharusnya, pernyataan negative di
gabungkan dengan pernyataan negative pula atau sebaliknya. Dengan demikian,
kalmat (5) dapat diubah sebagai berikut.
(5a) Saya tidak memperhatikan dan
mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
(5b)
Saya memperhatikan dan mempunyai kepentingan terhadap masalah itu.
3 Pemfokusan
Yang dimaksud dengan
pemfokusan adalah pemusatan perhatian terhadap bagian kalimat tertentu.
Pemfokusan itu dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui
pengedepanan dan pengulangan.
3.1 Pengedepanan
Kalimat yang difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh
berikut.
(6) Piala Sudirman seharusnya
tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7)
Sangat memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat itu.
(8) Secara beringas mereka
menyerbu pertokoan itu.
Pada cotoh diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan bagian yang
difokuskan atau ditonjolkan. Unsur yang ditonjilkan pada kalimat (6) adalah
subjeknya, yaitu Piala Sudirman, pada kalimat (7) adalah predikat,
yaitu sangat memprihatinkan, dan pada kalimat (8) adalah
keterangan, yaitu secara beringas. Unsur yang dikedepankan itu tidak
ada menonjol lagi kalau susunannya diubah menjadi sebagai berikut.
(6a) Seharusnya piala Sudirman tidak
berpindah dari bumi pertiwi ini.
(7a)
Keadaan perekonomian Indonesia saat itu sangat memprihatinkan.
(8a)
Mereka menyerbu pertokoan itu secara beringas.
3.2 Pengulangan
Pemfokusan dapat
ditempuh pula melalui pengulangan bagian yang difokuskan atau ditekankan,
seperti contoh berikut.
(9) Rajin membaca dan rajin
menulis dapat menjamin prestasi belajar demi masa depan.
(10) Pandai bergaul, pandai berbicara, dan pandai
membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
Pengulangan kata rajin pada kalimat (9) dan kata pandai pada
kalimat (10) dalam ragam tertentu tidak dapat dikatakan mubazir karena
berfungsi untuk mempertegas pernyataan. Sebenarnya kata rajin dan pandai dapat
saja hanya muncul sekali, tetapi kesannya berbeda. Bandingkan kalimat (9) dan
(10) dengan kalimat (9a) dan (10a) berikut.
(9a) Rajin membaca dan menulis dapat
menjadi prestasi belajar masa depan.
(10a) Pandai
bergaul, berbicara, dan membujuk orang adalah modal utama seorang pialang.
4 Penghematan
Kalimat efektif
ditandai pula dengan penggunaan kata secara hemat. Penghematan penggunaan kata
itu dilakukan, antara lain, dengan cara (a) Tidak mengulang subyek yang sama,
(b) Menghindari pemakaian bentuk ganda, dan (c) Menggunakan kata secara hemat.
4.1 Penghilangan
Subjek Berulang
Subjek berulang terdapat
dalam kalimat majemuk, baik dalam kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk
bertingkat. Dalam hal ini subjeknya harus sama pada kalimat majemuk setara
subjek kalimat pertama sama dengan subjek kalimat kedua, ketiga, dan
seterusnya. Pada kalimat majemuk bertingkat subjek anak kalimat sama dengan
subjek induk kalimat. Perhatikan kalimat dibawah ini.
(11) Dia
masuk ke ruang pertemuan itu, kemudian dia duduk di kursi paling depan, lalu
dia asyik membaca novel.
(11a) Dia masuk ke
ruang pertemuan itu, kemudian duduk di kursi paling depan, lalu asyik membaca
novel.
Kalimat (11) adalah kalimat majemuk setara yang terdiri atas tiga kalimat dasar
dengan subjek yang sama, yaitu dia. Pemunculan subjek sebanyak tiga
kali tersebut jelas tidak hemat. Oleh karena itu, subjek kedua dan ketiga tidak
perlu hadir sehingga terbentuk kalimat (11a) yang lebih efektif.
Penghilangan subjek kalimat majemuk bertingkat terlihat pada kalimat berikut.
(12) Sejak saya bertempat tinggal di
Bogor, saya mempunyai banyak waktu luang.
(12a) Sejak
bertempat tinggal di Bogor, saya mempunyai lebih banyak waktu luang.
Pada kalimat (12) terlihat bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk
kalimat. Karena subjeknya sama, salah satu subjek tersebut dapat dihilangkan
sehingga menjadi kalimat (12a). Namun, harus diingat bahwa penghilangan subjek
di dalam kalimat majemuk bertingkat tidak boleh dilakukan pada induk kalimat
karena kalau urutan diubah akan terjadi seperti (12c). Penghilangan seperti
pada kalimat (12b) dan (12c) dibawah ini harus dihindari.
(12b) * Sejak saya bertempat tinggal di Bogor,
mempunyai lebih banyak waktu luang.
(12c) * Mempunyai
lebih banyak waktu luang sejak saya bertempat tinggal di Bogor.
4.2 Penghilangan
Bentuk Ganda
Di dalam pemakaian
bahasa sehari-hari sering ditemukan pemakaian bentuk ganda yang dapat
digolongkan sebagai bentuk ganda atau bersinonim seperti contoh berikut.
adalah
merupakan
agar supaya
seperti misalnya
sangat … sekali
amat sangat
demi untuk
hanya … saja
Tiap-tiap unsur pada pasangan di
atas mempunyai arti dan fungsi yang hampir sama di dalam sebuah kalimat. Oleh
karena itu, penggunaan kedua unsur tersebut secara bersama-sama, terutama dalam
bahasa tulis resmi, harus dihindarkan perhatikan contoh di bawah ini :
(13) Bantuan untuk orang miskin itu
adalah merupakan wujud kepedulian sosial masyarakat yang mampu.
(13a) Bantuan untuk orang miskin itu merupakan wujud
kepedulian social masyarakat yang mampu.
(13b)
Bantuan untuk orang miskin itu adalah wujud kepedulian social masyarakat yang
mampu.
(14) Penghijauan kembali lahan gundul perlu
digalakkan agar supaya tidak terjadi banjir.
(14a) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan agar
tidak terjadi banjir.
(14b) Penghijauan kembali lahan gundul perlu digalakkan
supaya tidak terjadi banjir.
(15) Kualitas air tanah di daerah permukiman itu
sangat baik sekali.
(15a) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu sangat baik.
(15b) Kualitas air tanah di daerah pemukiman itu baik sekali.
(16) Persoalan yang dibicarakannya amat sangat
penting.
(16a) Persoalan yang dibicarakannya amat penting.
(16b) Persoalan yang dibicarakannya sangat penting.
(17) Demi untuk kepentingan rakyat banyak mereka
rela berkorban apa saja.
(17a) Demi kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban
apa saja.
(17b) Untuk kepentingan rakyat banyak, mereka rela berkorban
apa saja.
(18) Agar dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan mereka hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
(18a) Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka
hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
Penggunaan bentuk ganda
tampak pada contoh (13)- -(18). Dari segi makna dan kerapihan struktur kalimat,
contoh (13)- - (18) itu tidak memperlihatkan adanya masalah kebahasan. Namun,
dari segi kehematan penggunaan kata, pemakaian bentuk ganda itu mengandung
kemubaziran. Oleh karena itu, yang disarankan untuk digunakan adalah contoh
(13a) - - (18a) dan (13b) - - (18b).
4.3 Penghematan
Penggunaan Kata
Di dalam bahasa
Indonesia tidak dikenal bentuk jamak atau tunggal secara tata bahasa. Katakaryawan,peserta,
atau anak, misalnya, dapat bermakna tunggal dan dapat pula bermakna
jamak. Hal itu sangat bergantung pada konteks pemakaiannya. Untuk menyatakan
makna jamak, antara lain, dapat dilakukan dengan pengulangan atau penambahan
kata yang menyatakan makna jamak, seperti para, beberapa, sejumlah,
banyak, atau segala. Kedua cara pengungkapan makna jamak
itu tidak digunakan secara bersam-sama. Perhatikan contoh dibawah ini.
(19) *Beberapa
rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19a)
Beberapa rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(19b)
Rumah-rumah di bantaran kali itu akan segera ditertibkan.
(20) *Karyawan
harus menaati segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
(20a)
Karyawan harus menaati segala ketentuan yang berlaku di kantor.
(20b)
Karyawan harus menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor.
5 Variasi
Penyusunan kalimat
perlu memperhatikan variable kalimat karena variasi itu akan memberikan efek
yang berbeda. Pemfokusan dengan mengedepankan unsure yang dianggap penting
seperti yang telah dibicarakan pada bagian 3.1 dapat digolongkansebagai variasi
urutan unsur kalimat. Namun, variasi kalimat bukan hanya itu. Variasi lain yang
mempertimbangkan nilai komunikasi dapat berupa penyusunan kalimat berimbang, kalimat
melepas, dan kalimat berklimaks.
5.1 Kalimat
Berimbang
Yang dimaksud dengan
kalimat berimbang adalah kalimat yang mengandung beberapa informasi yang
kadarnya sama atau seimbang karena sama-sama penting. Contohnya adalah sebagai
berikut.
(21) Fajar
telah menyingsing dan burung-burung pun mulai berkicau.
(22) Semua
orang laki-laki bekerja di sawah, sedangkan para istri mereka bekerja di rumah.
Kalimat (21) dan (22)
masing-masing mengandung dua informasi. Informasi pertama pada kalimat (21)
adalah ‘fajar telah menyingsing’ dan informasi kedua adalah ‘burung-burung
pun mulai berkicau.’ Kedua informasi itu mempunyai derajat yang sama. Agar
kedua informasi itu sederajat, dipilih jenis kalimat majemuk setara, bukan
majemuk, bertingkat. Begitu pula kalimat (22), kalimat itu juga mengandung dua
informasi yang sama-sama penting. Informasi pertama adalah ‘semua orang
laki-laki bekerja di sawah’ dan informasi kedua adalah ‘para istri
mereka bekerja di rumah.’ Kalimat (22) juga termasuk jenis kalimat majemuk
setara. Bedanya adalah bahwa kalimat (21) berupa kalimat majemuk setara
penjumlahan, sedangkan kalimat (22) merupakan kalimat majemuk setara
pertentangan.
5.2 Kalimat
Melepas
Kalimatmelepas berbeda
dari kalimat berimbang. Kalimat berimbang mengandung informasi yang setara,
sedangkan kalimat melepas mengandung informasi yang tidak setara. Di dalam
kalimat melepas terdapat informasi utama dan informasi tambahan. Informasi
utamanya diletakkan pada bagian awal kalimat dan informasi tambahan diletakkan
pada posisi berikutnya sehingga seakan-akan informasi tambahan itu dilepas
begitu saja. Karena derajat informasinya tidak sama, jenis kalimat yang
digunakan bukan kalimat majemuk setara, melainkan kalimat majemuk bertingkat.
Agar penjelasan ini lebih mudah dipahami, kalimat berimbang (21) dan (22) di
atas, diubah menjadi kalimat melepas seperti berikut.
(23) Fajar
telah menyingsing saat burung-burung mulai berkicau.
(24) Semua
orang laki-laki bekerja di sawah tatkala para istri mereka sedang bekerja di
rumah.
Dengan mengubah kalimat (21) dan (22) menjadi kalimat (23) dan (24), informasi
yang terkandung di dalamnya mempunyai derajat yang berbeda. Perbedaan derajat
informasi itu dipisahkan oleh kata penghubung saat dan tatkala.
Informasi pada bagian awal kalimat, yaitu sebelum kata penghubung, adalah
informasi utama yang derajatnya lebih tinggi, sedangkan informasi berikutnya,
yaitu sesudah kata penghubung, adalah informasi tambahan yang derajatnya lebih
rendah. Bagian kalimat yang memuat informasi utama itu adalah anak kalimat.
Dengan demikian, kalimat (23) dan (24) adalah kalimat majemuk bertingkat.
5.3 Kalimat
Berklimaks
Kalimat berklimaks
merupakan kebalikan kalimat melepas. Pada kalimat melepas informasi utamanya
terletak pada awal kalimat, sedangkan pada kalimat berklimaks informasi
utamanya terletak pada bagian akhir kalimat. Dengan demikian, kalimat (23) dan
(24) di atas dapat diubah menjadi kalimat berklimaks seperti berikut.
(23a) Saat burung-burung mulai berkicau, fajar
menyingsing.
(24a) Ketika para
istri mereka bekerja di dapur, semua orang laki-laki bekerja di sawah.
6 Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa
ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan
ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan
yang logis/masuk akal.
Contoh:
(25a) Untuk
mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
(salah)
(25b) Untuk
menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
(26a) Mayat
lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah
tersebut. (salah)
(26b) Sebelum
meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di
daerah tersebut. (benar)
7 Kecermatan
Kecermatan di sini
maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh:
(27a) Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
(27b) Mahasiswa dari
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)
(28c) Mahasiswa yang
terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)
(29a) Dia
menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribuan. (salah)
(29b) Dia
menerima uang sebanyak tiga puluh lima ribu rupiah. (benar)
(29b) Dia
menerima uang sebanyak tiga puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar